Dalam kehidupan sehari-hari, emosi sering di biaskan oleh persepsi gender. “wanita seringkali terlalu emosional”, merupakan keluhan yang sering kali dinyatakan oleh pria. “Pria terlalu kaku”, merupakan jawaban yang seringkali dinyatakan oleh wanita dalam merespon emosi pria.
Apakah
arti yang sebenarnya? Apakah emosi memiliki bias gender? Hanya terdapat
sedikit bukti yang meyakinkan bahwa emosi memiliki bias gender, dimana
salah satu jenis kelamin lebih emosional dari pada yang lain, termasuk
emosi marah, khawatir, senang, malu, cemas, cemburu, sayang atau sedih.
Namun,
orang akan melihat sesuai apa yang diharapkan untuk ia lihat, dan
stereotip dapat mengarahkan harapan mereka. Sebagai contoh, ekspresi
marah dan ekspresi sedih pada wanita merupakan ekspresi yang sesuai
dengan norma sosial. Sebaliknya, kita kesulitan mengenali kesedihan yang
ditunjukkan oleh pria dan kemarahan yang ditunjukkan oleh wanita.
Bahkan ekspresi marah pada wanita biasa ditunjukkan dalam bentuk ambigu,
seringkali dianggap sebagai campuran dari rasa marah dan sedih.
Saat
wanita secara tidak sengaja mengekspresikan kemarahan mereka, banyak
orang akan mempersepsikan kemarahan tersebut dengan intensitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan saat pria melakukan hal yang sama.
Pada sebuah penelitian, para partisipan diminta
menilai dua gambar yang identik, yang menunjukkan ekspresi emosi yang ditampilkan oleh wajah orang yang “bebas gender” (wajah tersebut dapat diubah menjadi wajah pria ata wanita dengan memanipulasi rambut, alis dan make-up). Saat wajah “pria” menunjukkan ekspresi marah, para partisipan menilai “pria” itu memiliki intensitas kemarahan yang lebih rendah dibandingkan dengan wajah “wanita” yang juga menunjukkan ekspresi marah (Hess dkk, 2004).
menilai dua gambar yang identik, yang menunjukkan ekspresi emosi yang ditampilkan oleh wajah orang yang “bebas gender” (wajah tersebut dapat diubah menjadi wajah pria ata wanita dengan memanipulasi rambut, alis dan make-up). Saat wajah “pria” menunjukkan ekspresi marah, para partisipan menilai “pria” itu memiliki intensitas kemarahan yang lebih rendah dibandingkan dengan wajah “wanita” yang juga menunjukkan ekspresi marah (Hess dkk, 2004).
Tim peneliti dari Universitas Waterloo
di Ontario, seperti diungkapkan harian The Vancouver Sun, baru-baru ini
melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan antara pria dan wanita
saat mengakui kesalahannya.
Dalam penelitian yang melibatkan 66 sukarelawan terdri dari 33 wanita dan 33 pria selama dua minggu, peneliti mencatat tingkat emosi para objek penelitian. Saat menganalisis hasil, para ahli menemukan kecilnya persentase jumlah respoden pria untuk meminta maaf dan mengaku bersalah saat menghadapi konflik.
Sementara wanita dinyatakan meminta maaf sebesar 35% lebih sering dibanding pria. Bahkan, wanita cenderung mengalah meminta maaf hanya untuk meredakan konflik yang terjadi.
Selain itu, penelitian ini juga mengungkap bahwa penghinaan kasar itu membuat wanita sakit hati sebesar 30% lebih daripada pria.
Para penulis penelitian juga menemukan bahwa kekebalan pria terhadap penghinaan jauh lebih tinggi daripada wanita. Reaksi mereka terhadap serangan tajam cenderung lebih tenang dibanding wanita, yang sering bereaksi lewat emosi terhadap kekerasan. Wanita cenderung lebih sensitif dan mudah tersinggung, meski pada seseorang yang tidak berperan dalam kehidupan mereka sekalipun.
Dalam penelitian yang melibatkan 66 sukarelawan terdri dari 33 wanita dan 33 pria selama dua minggu, peneliti mencatat tingkat emosi para objek penelitian. Saat menganalisis hasil, para ahli menemukan kecilnya persentase jumlah respoden pria untuk meminta maaf dan mengaku bersalah saat menghadapi konflik.
Sementara wanita dinyatakan meminta maaf sebesar 35% lebih sering dibanding pria. Bahkan, wanita cenderung mengalah meminta maaf hanya untuk meredakan konflik yang terjadi.
Selain itu, penelitian ini juga mengungkap bahwa penghinaan kasar itu membuat wanita sakit hati sebesar 30% lebih daripada pria.
Para penulis penelitian juga menemukan bahwa kekebalan pria terhadap penghinaan jauh lebih tinggi daripada wanita. Reaksi mereka terhadap serangan tajam cenderung lebih tenang dibanding wanita, yang sering bereaksi lewat emosi terhadap kekerasan. Wanita cenderung lebih sensitif dan mudah tersinggung, meski pada seseorang yang tidak berperan dalam kehidupan mereka sekalipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar